KONEKSI ANTAR MATERI PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA, NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK, VISI GURU PENGGERAK DAN BUDAYA POSITIF
KETERKAITAN ANTARA PEMIKIRAN FILOSOFI KI
HADJAR DEWANTARA, NILAI DAN PERAN GURUK PENGGERAK, VISI SEKOLAH DAN BUDAYA
POSITIF DI SEKOLAH
Budaya
positif ialah sebuah prilaku yang dilakukan secara kontinyu dan terus
menerus sehingga menjadi kebiasaan dan gaya hidup dalam menerapkan nilai-nilai,
keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada
murid agar murid dapat berkembang dan
mempunyai motivasi intrinsic sehingga
menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat, santun religi dan bertanggung jawab sesuai nilai kebajikan
yang telah diyakini.
1. Pemikiran reflektif terkait budaya positif di
sekolah:
2. Analisis
penerapan budaya positif di sekolah, tantangan serta solusi
A. Pertanyaan kritis : Tindakan dan kegiatan apa saja yang dilakukan guru dalam mewujudkan budaya positif di sekolah?
Dalam
menerapkan budaya positif di kelas/sekolah tidak semudah membalikkan telapak
tangan, semuanya membutuhkan kolaborasi dan Kerjasama dari semua pihak baik
guru, siswa, tenaga kependidikan, orangtua, komite dan juga masyarakat sangat
dibutuhkan partisipasi dan dukungannya. Pada awalnya dalam menerapkan budaya
positif merasa sangat berat, ragu dan kurang percaya diri karena merubah
suatu kebiasaan yang kurang baik menjadi kebiasaan yang sesui nilai-nilai
kebajikan. Tetapi dengan komitmen yang tinggi serta niat yang kuat dan motivasi
intrinsic dari diri sendiri melalui kebiasaan yang terus menerus kita lakukan
maka akan menjadi sebuah gaya hidup dan berujung menjadi budaya yang kita
jalani dengan ikhlas dan menjadi pribadi yang kuat tidak mudah terpengaruh hal
yang negative. Setelah memahami teori tentang budaya positif perasaan
menjadi terbuka, termotivasi dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh
secara kontekstual dalam menangani kasus siswa dan dalam menumbuhkan karakter
positif menjadi sebuah budaya yang melekat pada diri siswa dan semua warga
sekolah.
Penerapan dalam menumbuhkan budaya positif di kelas/sekolah adalah:
- Melakukan pembiasaan di kelas sebelum dan sesudah pembelajaran dengan berdoa menumbuhkan karakter religius
- Melakukan
murojaah membaca surat pendek
- Melaksanaan
pembiasaan sholat dhuha dan dhuhur berjamaah
- Menyanyikan
lagu Indonesia Raya sebelum mulai pembelajaran (menumbuhkan karakter nasionalis
dan kebhinekaan)
- Melaksanakan
upacara bendera setiap hari senin(karakter disiplin dan mandiri)
- Melakukan kegiatan 5S (senyum, salam, sapa, santun,senyum) menumbuhkan karakter hormat dan saling menghormati
- Melaksanakan piket kelas (menumbuhkan karakter gotong royong dan kolaborasi)
- Membuat keyakinan kelas yang dibuat oleh
siswa dan guru serta disepakati Bersama
- Menerapkan segitiga restitusi dalam menangani kasus siswa
B. Pertanyaan kritis: strategi apa yang dilakukan dalam menciptakan budaya positif di sekolah?
- Memulai dari diri sendiri dalam mentaati
kesepakatan kelas/sekolah sehingga menjadi panutan atau tauladan bagi siswa
- Membuat jurnal dan mencatat tentang prilaku
dan masalah siswa setiap pembalajaran serta menangani dan memberi umpan balik
Tindakan siswa yang melanggar agar terdeksi sedini mungkin dalam mengatasi
masalah siswa agar lebih mudah dalam mencari solusi
- Membentuk piket guru yang mengontrol
kedisiplinan siswa dan pelanggaran siswa
- Membentuk tim ketertiban yang bertugas
memantau setiap prilaku siswa yang melakukan pelanggaran
- Melakukan konseling Bersama guru
BK, wali kelas, orangtua dalam menangani kasus siswa
- Kepala sekolah melakukan supervisi
akademik dan memberi umpan balik, saran dan masukan agar guru termotivasi
selalu menjalankan kesepakatan sekolah
C. Pertanyaan
kritis : Hambatan dan tantanga apa yang dihadapi dalam mencipkan budaya positif
di sekolah?
Dalam
penerapannya, budaya positif bisa menghadapi berbagai tantangan, baik internal
maupun eksternal. Tantangan internal adalah mengubah paradigma pribadi tentang
siswa, dan mengubah kebiasaan yang telah lama dilakukan. Kurangnya motivasi
siswa dan pengawasan guru dalam melakukan disiplin positif sehingga membutuhkan
kerja keras, kesabaran dan ketelatenan dalam mengubah kebiasaan siswa menjadi
lebih baik. Tantangan eksternal adalah rekan guru yang belum memahami budaya
positif sehingga dapat menghambat penerapan budaya positif di kelas dan penanganan
siswa bermasalah tanpa melibatkan siswa. Pemahaman yang kurang dari orangtua
tentang budaya positif sehingga tidak ada kolaborasi dan dukungan sehingga
menghambat proses pembentukan didiplin positif.
Untuk
menghadapi tantangan yang terjadi, bisa dimulai dari perubahan diri sendiri dalam
menerapkan budaya positif mulai dari kelas yang diampu. Dengan perubahan
positif yang terjadi, pasti akan membuat rekan guru lain tergerak untuk mulai
berubah. Selain itu, diperlukan kolaborasi dengan guru lain dalam menangani
masalah siswa, yaitu guru BK, Wali Kelas, dan Guru Mata Pelajaran. Menumbuhkan
motivasi intrinsic siswa dengan mengajak berdialog tentang masalah yang
dihadapi sehingga siswa merasa diperhatikan sehingga tumbuh motivasi dalam diri
sendiri. Menanamkan keimanan dan ketakwaan untuk mengurangi pelanggaran
disiplin positif.
D. Siapa sajakah yang mendukung dalam
mewujudkan budaya positif di sekolah?
Dalam mewujudkan disiplin positif yang ada di sekolah diperlukan dukungan dari semua warga sekolah, mulai dari siswa, guru, tenaga Pendidikan, orangtua wali murid, komite dan Kepala Sekolah. Dukungan dari masyarakat juga sangat diperlukan karena siswa dan guru adalah bagian dari masyarakat. Tanpa dukungan dari semua pihak maka dalam mewujudkan budaya positif di sekolah akan sulit diwujudkan. Contohnya dalam menangani kasus dan pelanggaran siswa, selain guru yang tidak kalah penting adalah peran orangtu di rumah, karena keluargaklah yang mempunyai andil terbesar dalam pembentukan karakter siswa. Seorang guru hanya berperan menebalkan garis positif dan menyamarkan garis negative.
3. Keterhubungan materi filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, visi sekolah dan budaya positif
a. Budaya
positif dalam pembentukan keyakinan kelas berkaitan dengan filosofi pemikiran
Ki Hadjar Dewantara yaitu pembelajaran yang berpihak pada murid, karena murid
dilibatkan dan diberi keleluasaan sesuai bakat minatnya dalam menentukan
keyakinan kelas. Siswa belajar Membuat suatu prilaku yang menanamkan nilai
kebajikan dengan mengungkapkan ide dan gagasan serta sesuai keinginan murid
semuanya berkaitan dengan pemikiran KHD tentang merdeka belajar dan pembelajaran
berpihak pada murid.
b. Budaya
positif dalam penerapan segitiga
restitusi sangat berjkaitan dengan nilai dan peran guru penggerak, dimana untuk mewujudkan Merdeka Belajar sesuai
pemikiran Ki Hadjar Dewantara, guru penggerak memiliki nilai-nilai yang
dipercaya, yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada
murid. Nilai-nilai tersebut diyakini dapat menggerakkan Guru Pengerak dalam
menjalankan perannya, yaitu Menjadi Pemimpin Pembelajaran, Menggerakkan Komunitas
Praktisi, Menjadi Coach Bagi Guru Lain, Mendorong Kolaborasi Antar Guru, dan
Mewujudkan Kepemimpinan Murid. Melalui Nilai dan Peran Guru Penggerak, Merdeka
Belajar dapat diwujudkan di kelas dan sekolah.
c. Visi
sekolah adalah harapan dan impian suatu sekolah yang ingin dicapai agar
terwujud tujuan dan harapan yang diinginkan . Dalam mewujudkan visi diperlukan prakarsa
perubahan dimana Guru Penggerak merupakan penggagas perubahan di kelas dan
sekolahnya. Untuk melakukan perubahan, Guru Penggerak harus mengetahui
aset-aset yang dapat mendukung perubahan sekaligus kekuatan-kekuatan yang
dimiliki oleh aset, yang dirumuskan dalam visi guru penggerak. Prakarsa
perubaha oleh Guru Penggerak dilaksanakan dengan pendekatan berbasis kekuatan
yang disebut Inkuiri Apresiatif ⟮IA⟯. IA menggunakan
prinsip psikologi positif dan pendidikan positif. IA beranjak dari pertanyaan
utama yang ditentukan secara kolaboratif dan dijalankan bersama dalam suasana
positif dan apresiatif. Ada lima tahapan IA yang dalam bahasa Indonesia dibuat
menjadi akronim BAGJA, yaitu Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi,
Jabarkan Rencana, dan Atur Eksekusi.
Rancangan
Tindakan Untuk Aksi Nyata Judul
Modul : Budaya Posif Nama
Peserta : Nur Khotimah
Latar
belakang - Terjadi
learning loss pada masa pandemic Membuat karakter siswa menjadi tidak
terkontrol sehingga banyak siswa yang melakukan perbuatan kurang terpuji. - Pembentukan
budaya positif siswa perlu dilakukan dengan pembiasaan positif sehingga
menjadi gaya hidup dan budaya positif di sekolah. - Dalam
mewujudkan visi sekolah budaya positif sangat diperlukan karena dengan
terciptanya budaya positif akan menguatkan dan merupakan asset sekolah yang
sangat penting
Tujuan
: - Mewujudkan siswa yang mempunyai prilaku dan karakter sesuai nilai kebajikan yang telah disepakati, yaitu profil pelajar Pancasila dimana semua dimensinya merupakan karakter yang sangat penting dalam mewujudkan visi sekolah Tolak Ukur : - Terciptanya
budaya religi, sopan, santun, hormat, mandiri, gotong royong, bernalar
kritis, kreatif, berbhineka , berprestasi dan berwawasan global, cinta
lingkungan. - Terciptanya
lingkungan sekolah yang aman, nyaman, asri, bebas sampah, ketertiban
meningkat
Linimasa
Tindakan yang akan dilakukan - Melakukan pembiasaan di kelas sebelum dan sesudah pembelajaran dengan berdoa menumbuhkan karakter religius -
Melakukan murojaah membaca surat pendek -
Melaksanaan pembiasaan sholat dhuha dan
dhuhur berjamaah - Menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum mulai pembelajaran (menumbuhkan karakter nasionalis dan kebhinekaan) - Melaksanakan upacara bendera setiap
hari senin (karakter disiplin dan mandiri) - Melakukan kegiatan 5S (senyum, salam, sapa, santun,senyum) menumbuhkan karakter hormat dan saling menghargai - Melaksanakan piket kelas (menumbuhkan
karakter gotong royong dan kolaborasi) - Membuat keyakinankelas yang dibuat oleh siswa dan guru serta disepakati Bersama - Menerapkan
segitiga restitusi dalam menangani kasus siswa Dukungan yang
dibutuhkan Dalam melaksanakan
aksi nyata dukungan yang dibutuhkan adalah : - Kepala
Sekolah : dukungan kebijakan dalam melakukan aksi nyata, dengan memberi waktu
yang cukup dan tidak membebani tugas sekolah di luar jam pelajaran. Memberi
umpan balik dan motivasi dalam proses pelaksanaan aksi nyata. - siswa : keaktifan ,motivasi, semangat
dan komiten siswa dalam pelaksaan aksi
nyata sangat diperlukan. Dengan peran aktif dan motivasi yang tinggi aksi
nyata bisa dilakukan dengan lancer dan hasil memuaskan. - Guru : dalam pelaksanaan aksi nyata
diperlukan dukungan dari rekan sejawat, mulai dari perencanaan Membuat
scenario selalu berkolaborasi dan bekerja sama dalam melakukan aksi. Umpan
balik dari guru juga sangat membantu dalam pelaksaaan aksi nyata. - Tenaga Pendidikan : mulai Tata Usaha,
petugas UKS, petugas Laboratorium, petugas perpustaan, petugas koperasi,
petugas kebersihan sangat mendukung dengan perilaku positif dalam menjalankan
tugas masing-masing - Orangtua wali murid: membantu dalam
menumbuhkan karakter positif di lingkungan keluarga, sehingga peran guru bisa
semakin maksimal dalam menangani kasus siswa - Komite
dan masyarakat : siswa adalah bagian dari masyarakat dalam menumbuhkan
karakter positif juga memerlukan dukungan moril dan materiil, lingkungan
masyarakat yang baik akan membantu dalam menumbuhkan karakter positif siswa. |
Komentar
Posting Komentar