KONEKSI ANTAR MATERI PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA, NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK, VISI GURU PENGGERAK DAN BUDAYA POSITIF

                                      

                         



KETERKAITAN ANTARA PEMIKIRAN FILOSOFI KI HADJAR DEWANTARA, NILAI DAN PERAN GURUK PENGGERAK, VISI SEKOLAH DAN BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

Budaya positif ialah  sebuah prilaku yang dilakukan secara kontinyu dan terus menerus sehingga menjadi kebiasaan dan gaya hidup dalam menerapkan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang  dan mempunyai motivasi intrinsic  sehingga menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat, santun religi  dan bertanggung jawab sesuai nilai kebajikan yang telah diyakini.

1. Pemikiran reflektif terkait budaya   positif di sekolah:

A. Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan mulia,  sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai agar tercapai tujuan mulia yang diinginkan. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal (Diane Gossen, modul budaya positif Kemendikbud Ristek,14)

Disiplin Positif berkaitan dengan kontrol guru dalam menghadapi murid, seperti Ilusi Guru mengontrol murid (memaksa peserta didik melakukan sesuatu yang diingin guru sekalipun itu merupakan hal baik), ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat, maksudnya memberikan kalimat-kalimat pujian pada anak agar anak mau melakukan apa yang dinginkan guru, namun hal ini hanya bersifat sementara, Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter (Guru menyampaikan kalimat-kalimat negatif dengan suara halus untuk membuat murid merasa bersalah dengan perbuatannya).

Disiplin menurut Ki Hadjar Dewantara adalah Disiplin Diri, yang memiliki motivasi internal dimana seseorang mampu menggali potensi yang ada dalam dirinya menuju pada sebuah tujuan sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan kata lain seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal. Sebagai pendidik tujuan kita adalah tujuan menciptakan peserta didik yang memiliki disiplin diri.

B. Teori motivasi membagi 3 motivasi   
     perilaku manusia yaitu :

a. Untuk menghindari ketidaknyaman dan    
     hukuman

b. mendapat imbalan atau penghargaan               dari      orang lain

c. Untuk menjadi orang yang menghargai 
   diri sendiri dengan nilai-nilai yang telah 
   dipercaya

C. Keyakinan kelas adalah langkah awal dalam pembentuk budaya positif siswa karena dari keyakinan kelas siswa akan selalu teringat dan termotivasi untuk melakukan perilaku dan perbuatan positif yang telah disepakati Bersama. Dalam menjalankan peraturan ataupun keyakinan kelas/sekolah apabila terjadi pelanggaran pada umumnya berbentuk hukuman atau konsekuensi. Tetapi dalam melakukan Tindakan terhadap pelanggaran siswa lebih diutamakan restitusi dimana proses menciptakan kondisi murid untuk memperbaiki kesalahan dan Kembali ke kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat dan lebih baik.

D. Posisi Kontrol Guru, merupakan bagian dari disiplin yang berpihak pada murid. Posisi kontrol yang sering dilakukan guru adalah Penghukum, Pembuat orang merasa bersalah, teman, Monitor (pemantau) dan Manager. Posisi kontrol Guru sebagai Penghukum bisa menggunakan hukuman fisik dan verbal dan selalu menggunakan sistem untuk menekan peserta didik. Posisi Kontrol Guru sebagai Pembuat Orang Merasa Bersalah, posisi ini biasanya guru akan bersuara lembut dan akan membuat peserta didik merasa buruk tentang diri mereka, tidak berharga dan telah mengecewakan orang-orang yang disayanginya. Posisi Kontrol Guru Sebagai Teman, pada posisi ini guru tidak anak menyakiti murid, namun tetap berupaya tetap mengontrol peserta didik melalui persuasi. Posisi Kontrol Guru sebagai Monitor (Pemantau), maksudnya guru mengawasi dan bertanggung jawab atas perilaku peserta didik yang diawasi. . Posisi Kontrol sebagai Manajer, Guru berbuat sesuatu bersama dengan murid dan mempersilahkan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Tujuan Akhir dari 5 posisi kontrol guru adalah Posisi Manajer, dimana posisi inilah peserta didik dapat menjadi pribadi yang mandiri, merdeka dan bertanggung jawab atas segala perilaku dan sikapnya, yang pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan positif, aman dan nyaman.

E. Kebutuhan Dasar Manusia terbagi atas 5 yaitu; Kebutuhan bertahan hidup (Survival), Cinta dan kasih sayang (Love and belonging), Kebebasan (freedom), kesenangan (fun) dan kekuasaan (power). Seseorang yang melakukan pelanggaran dan prilaku tidak baik berhubungan dengan kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Bila siswa melakukan pelanggaran maka seseorang guru harus mampu mendeteksi kebutuhan dasar apa yang belum terpenuhi oleh siswa melalui pendekatan dan dialog.

F. Restitusi merupakan proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka sehingga mereka bisa kembalipada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat. Dalam segitiga restitusi ada 3 tahapan yaitu menstabilkan identitas, validasi Tindakan yang salah, menanyakan keyakinan. Melalui restitusi ketika murid berbuat salah, guru akan menanggapi dengan cara yang akan memungkinkan murid untuk membuat evaluasi internal tentang apa dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mendapat kembali harga dirinya.

 

2. Analisis penerapan budaya positif di sekolah, tantangan serta solusi

A.      Pertanyaan kritis : Tindakan dan kegiatan apa saja yang dilakukan guru dalam mewujudkan budaya positif di sekolah?

Dalam menerapkan budaya positif di kelas/sekolah tidak semudah membalikkan telapak tangan, semuanya membutuhkan kolaborasi dan Kerjasama dari semua pihak baik guru, siswa, tenaga kependidikan, orangtua, komite dan juga masyarakat sangat dibutuhkan partisipasi dan dukungannya. Pada awalnya dalam menerapkan budaya positif merasa sangat berat, ragu dan kurang percaya diri karena merubah suatu kebiasaan yang kurang baik menjadi kebiasaan yang sesui nilai-nilai kebajikan. Tetapi dengan komitmen yang tinggi serta niat yang kuat dan motivasi intrinsic dari diri sendiri melalui kebiasaan yang terus menerus kita lakukan maka akan menjadi sebuah gaya hidup dan berujung menjadi budaya yang kita jalani dengan ikhlas dan menjadi pribadi yang kuat tidak mudah terpengaruh hal yang negative. Setelah memahami teori tentang budaya positif perasaan menjadi terbuka, termotivasi dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh secara kontekstual dalam menangani kasus siswa dan dalam menumbuhkan karakter positif menjadi sebuah budaya yang melekat pada diri siswa dan semua warga sekolah.

     Penerapan dalam menumbuhkan budaya        positif di kelas/sekolah adalah:

- Melakukan pembiasaan di kelas sebelum dan sesudah pembelajaran dengan berdoa  menumbuhkan karakter religius

Melakukan murojaah membaca surat pendek

-  Melaksanaan pembiasaan sholat dhuha dan dhuhur berjamaah

-       Menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum mulai pembelajaran (menumbuhkan karakter nasionalis dan kebhinekaan)

-  Melaksanakan upacara bendera setiap hari senin(karakter disiplin dan mandiri)

-   Melakukan kegiatan 5S (senyum, salam, sapa, santun,senyum) menumbuhkan   karakter hormat dan saling menghormati

- Melaksanakan piket kelas   (menumbuhkan karakter gotong    royong dan kolaborasi)

-   Membuat keyakinan kelas yang dibuat oleh siswa dan guru serta disepakati Bersama

-   Menerapkan segitiga restitusi    dalam menangani kasus siswa

 

B.   Pertanyaan kritis: strategi apa yang dilakukan dalam menciptakan budaya positif di sekolah?

-     Memulai dari diri sendiri dalam mentaati kesepakatan kelas/sekolah sehingga menjadi panutan atau tauladan bagi siswa

-  Membuat jurnal dan mencatat tentang prilaku dan masalah siswa setiap pembalajaran serta menangani dan memberi umpan balik Tindakan siswa yang melanggar agar terdeksi sedini mungkin dalam mengatasi masalah siswa agar lebih mudah dalam mencari solusi

-  Membentuk piket guru yang mengontrol kedisiplinan siswa dan pelanggaran siswa

-    Membentuk tim ketertiban yang bertugas memantau setiap prilaku siswa yang melakukan pelanggaran

-     Melakukan konseling Bersama    guru BK, wali kelas, orangtua dalam menangani kasus siswa

-   Kepala sekolah melakukan      supervisi akademik dan memberi umpan balik, saran dan masukan agar guru termotivasi selalu menjalankan kesepakatan sekolah

C.      Pertanyaan kritis : Hambatan dan   tantanga apa yang dihadapi dalam   mencipkan budaya positif di   sekolah?

Dalam penerapannya, budaya positif bisa menghadapi berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal. Tantangan internal adalah mengubah paradigma pribadi tentang siswa, dan mengubah kebiasaan yang telah lama dilakukan. Kurangnya motivasi siswa dan pengawasan guru dalam melakukan disiplin positif sehingga membutuhkan kerja keras, kesabaran dan ketelatenan dalam mengubah kebiasaan siswa menjadi lebih baik. Tantangan eksternal adalah rekan guru yang belum memahami budaya positif sehingga dapat menghambat penerapan budaya positif di kelas dan penanganan siswa bermasalah tanpa melibatkan siswa. Pemahaman yang kurang dari orangtua tentang budaya positif sehingga tidak ada kolaborasi dan dukungan sehingga menghambat proses pembentukan didiplin positif.

Untuk menghadapi tantangan yang terjadi, bisa dimulai dari perubahan diri sendiri dalam menerapkan budaya positif mulai dari kelas yang diampu. Dengan perubahan positif yang terjadi, pasti akan membuat rekan guru lain tergerak untuk mulai berubah. Selain itu, diperlukan kolaborasi dengan guru lain dalam menangani masalah siswa, yaitu guru BK, Wali Kelas, dan Guru Mata Pelajaran. Menumbuhkan motivasi intrinsic siswa dengan mengajak berdialog tentang masalah yang dihadapi sehingga siswa merasa diperhatikan sehingga tumbuh motivasi dalam diri sendiri. Menanamkan keimanan dan ketakwaan untuk mengurangi pelanggaran disiplin positif.

D. Siapa sajakah yang mendukung dalam mewujudkan budaya positif di sekolah?

Dalam mewujudkan disiplin positif yang ada di sekolah diperlukan dukungan dari semua warga sekolah, mulai dari siswa, guru, tenaga Pendidikan, orangtua wali murid, komite dan Kepala Sekolah. Dukungan dari masyarakat juga sangat diperlukan karena siswa dan guru adalah bagian dari masyarakat. Tanpa dukungan dari semua pihak maka dalam mewujudkan budaya positif di sekolah akan sulit diwujudkan. Contohnya dalam menangani kasus dan pelanggaran siswa, selain guru yang tidak kalah penting adalah peran orangtu di rumah, karena keluargaklah yang mempunyai andil terbesar dalam pembentukan karakter siswa. Seorang guru hanya berperan menebalkan garis positif dan menyamarkan garis negative.

     3.      Keterhubungan materi filosofi                 pemikiran Ki Hadjar Dewantara,             nilai dan peran guru penggerak,               visi sekolah dan budaya positif

a.    Budaya positif dalam pembentukan keyakinan kelas berkaitan dengan filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu pembelajaran yang berpihak pada murid, karena murid dilibatkan dan diberi keleluasaan sesuai bakat minatnya dalam menentukan keyakinan kelas. Siswa belajar Membuat suatu prilaku yang menanamkan nilai kebajikan dengan mengungkapkan ide dan gagasan serta sesuai keinginan murid semuanya berkaitan dengan pemikiran KHD tentang merdeka belajar dan pembelajaran berpihak pada murid.

b. Budaya positif  dalam penerapan segitiga restitusi sangat berjkaitan dengan nilai dan peran guru penggerak, dimana  untuk mewujudkan Merdeka Belajar sesuai pemikiran Ki Hadjar Dewantara, guru penggerak memiliki nilai-nilai yang dipercaya, yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut diyakini dapat menggerakkan Guru Pengerak dalam menjalankan perannya, yaitu Menjadi Pemimpin Pembelajaran, Menggerakkan Komunitas Praktisi, Menjadi Coach Bagi Guru Lain, Mendorong Kolaborasi Antar Guru, dan Mewujudkan Kepemimpinan Murid. Melalui Nilai dan Peran Guru Penggerak, Merdeka Belajar dapat diwujudkan di kelas dan sekolah.

c. Visi sekolah adalah harapan dan impian suatu sekolah yang ingin dicapai agar terwujud tujuan dan harapan yang diinginkan . Dalam mewujudkan visi diperlukan prakarsa perubahan dimana Guru Penggerak merupakan penggagas perubahan di kelas dan sekolahnya. Untuk melakukan perubahan, Guru Penggerak harus mengetahui aset-aset yang dapat mendukung perubahan sekaligus kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh aset, yang dirumuskan dalam visi guru penggerak. Prakarsa perubaha oleh Guru Penggerak dilaksanakan dengan pendekatan berbasis kekuatan yang disebut Inkuiri Apresiatif IA. IA menggunakan prinsip psikologi positif dan pendidikan positif. IA beranjak dari pertanyaan utama yang ditentukan secara kolaboratif dan dijalankan bersama dalam suasana positif dan apresiatif. Ada lima tahapan IA yang dalam bahasa Indonesia dibuat menjadi akronim BAGJA, yaitu Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, dan Atur Eksekusi. 

  


Rancangan Tindakan Untuk Aksi Nyata

Judul Modul     : Budaya Posif

Nama Peserta  : Nur Khotimah

 

Latar belakang

-     Terjadi learning loss pada masa pandemic Membuat karakter siswa menjadi tidak terkontrol sehingga banyak siswa yang melakukan perbuatan kurang terpuji.

-     Pembentukan budaya positif siswa perlu dilakukan dengan pembiasaan positif sehingga menjadi gaya hidup dan budaya positif di sekolah.

-     Dalam mewujudkan visi sekolah budaya positif sangat diperlukan karena dengan terciptanya budaya positif akan menguatkan dan merupakan asset sekolah yang sangat penting

 

Tujuan :

-     Mewujudkan siswa yang mempunyai prilaku  dan karakter sesuai nilai kebajikan yang telah disepakati, yaitu profil pelajar Pancasila dimana semua dimensinya merupakan karakter yang sangat penting dalam mewujudkan visi sekolah 

Tolak Ukur :

-       Terciptanya budaya religi, sopan, santun, hormat, mandiri, gotong royong, bernalar kritis, kreatif, berbhineka , berprestasi dan berwawasan global, cinta lingkungan.

-    Terciptanya lingkungan sekolah yang aman, nyaman, asri, bebas sampah, ketertiban meningkat

 

Linimasa Tindakan yang akan dilakukan

-    Melakukan pembiasaan di kelas sebelum dan sesudah pembelajaran       dengan berdoa  menumbuhkan karakter religius

-       Melakukan murojaah membaca surat pendek

-       Melaksanaan pembiasaan sholat dhuha dan dhuhur berjamaah

-      Menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum mulai pembelajaran                        (menumbuhkan karakter nasionalis   dan kebhinekaan)

-    Melaksanakan upacara bendera setiap hari senin (karakter disiplin dan        mandiri)

-    Melakukan kegiatan 5S (senyum, salam, sapa, santun,senyum)                         menumbuhkan   karakter hormat dan saling menghargai

-     Melaksanakan piket kelas (menumbuhkan karakter gotong royong dan         kolaborasi)

- Membuat keyakinankelas yang dibuat oleh siswa dan guru serta      disepakati Bersama

-      Menerapkan segitiga restitusi dalam menangani kasus siswa

Dukungan yang dibutuhkan

Dalam melaksanakan aksi nyata dukungan yang dibutuhkan adalah :

-     Kepala Sekolah : dukungan kebijakan dalam melakukan aksi nyata, dengan memberi waktu yang cukup dan tidak membebani tugas sekolah di luar jam pelajaran. Memberi umpan balik dan motivasi dalam proses pelaksanaan aksi nyata.

-     siswa : keaktifan ,motivasi, semangat dan komiten  siswa dalam pelaksaan aksi nyata sangat diperlukan. Dengan peran aktif dan motivasi yang tinggi aksi nyata bisa dilakukan dengan lancer dan hasil memuaskan.

-   Guru : dalam pelaksanaan aksi nyata diperlukan dukungan dari rekan sejawat, mulai dari perencanaan Membuat scenario selalu berkolaborasi dan bekerja sama dalam melakukan aksi. Umpan balik dari guru juga sangat membantu dalam pelaksaaan aksi nyata.

-     Tenaga Pendidikan : mulai Tata Usaha, petugas UKS, petugas Laboratorium, petugas perpustaan, petugas koperasi, petugas kebersihan sangat mendukung dengan perilaku positif dalam menjalankan tugas masing-masing

-     Orangtua wali murid: membantu dalam menumbuhkan karakter positif di lingkungan keluarga, sehingga peran guru bisa semakin maksimal dalam menangani kasus siswa

-   Komite dan masyarakat : siswa adalah bagian dari masyarakat dalam menumbuhkan karakter positif juga memerlukan dukungan moril dan materiil, lingkungan masyarakat yang baik akan membantu dalam menumbuhkan karakter  positif siswa.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL REFLEKSI MODUL 2.3 TENTANG COACHING

JURNAL REFLEKSI MODUL 1.1 FILOSOFI KHD