JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

 






JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

Alkhamdulillah  modul 1.4 tentang budaya positif telah diselesaikan dengan lancar  dalam melaksanakan pembelajaran pada modul ini banyak cerita yang menarik dan menyenangkan yang akan dituangkan dalam jurnal refleksi yang akan saya tulis dalam sebuah artikel dan menyajikan semua aktivitas  yang  saya lakukan mulai dari menyelesaikan tugas, berkolaborasi dengan rekan sejawat, pengajar praktik dan fasilitator.

Pembaca yang budiman, menuliskan jurnal refleksi dwi mingguan merupakan salah satu kewajiban rutin yang harus dilaksanakan oleh seorang calon guru penggerak. Dengan melakukan refleksi ini diharapkan seorang calon guru penggerak senantiasa belajar serta belajar menilai diri agar dapat meningkatkan kemampuan dirinya di masa depan. Jurnal refleksi dipandang sebagai salah satu elemen kunci dalam pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik serta menumbuhkan ketrampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis.

Dalam menyajikan jurnal refleksi alur belajar yang dijalani sama dengan pada modul sebelumnya, terdiri  dari:

1.     Mulai dari diri

Pada awal pembelajaran daring yang dilakukan adalah eksplorasi konsep mulai dari diri pada tanggal 12 Agustus 2022. Pada tahap ini menggali pengetahuan dari CGP tentang system rancangan di sekolah masing-masing dalam menciptakan lingkungan positif serta mendukung murid menjadi pribadi yang Bahagia, mandiri, bertanggungjawab sesuai filosofi Ki Hadjar Dewantara

2.     Eksplorasi konsep

Pada tahap ini kegiatan dilakukan tanggal 13 Agustus 2022 dimana dengan belajar mandiri dan memberi tanggapan tentang materi dengan mengisi di note yang telah disediakan di LMS tentang disiplin positif, teori motivasi, hukuman dan pelanggaran serta restitusi. Selain belajar mandiri pada eksplorasi konsep ada kegiatan diskusi Bersama rekan CGP saling memberi umpan balik terhadap pemahaman materi masing-masing CGP.

3.     Ruang kolaborasi

Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 18 Agustus 2022 dimana masing-masing CGP Bersama pengajar praktik Ibu Nailatul Mufidah dan Ibu Puji Rahayu dan fasilitator  Bpk Parjiyo berdiskusi tentang kasus yang terdapat dalam LMS dengan berdiskusi masing-masing kelompok, dimana terdiri dari 2 kelompok menganalisis tentang kasus yang diberikan pada LMS dan pada tanggal 19 Agustus 2022 masing-masing kelompok menyajikan hasil diskusi dengan presentasi.

4.      Demonstrasi kontekstual

Pada tahap ini dilakukan tanggal 20 Agustus 2022 dimana saya melakukan praktik segitiga restitusi dalam menangani kasus siswa di sekolah SMPN 1 Babat. Kemudian hasil praktik segitiga restitusi diunggah di LMS berupa video yang diupload di Youtube. Adapun link videonya : https://youtu.be/ATnJXpKyIck

5.     Elaborasi pemahaman

Tahap ini dilakukan pada tanggal 24 Agustus 2022 berdiskusi dengan instruktur  dimana CGP mendemontrasikan pemahamannya secara lebih mendalam mengenai konsep-konsep inti dalam modul budaya positif.

6.     Koneksi antar materi

Pada tahap ini dilakukan tanggal 24 Agustus 2022 dimana CGP Membuat keterkaitan konsep budaya positif dengan materi pada   sebelumnya yaitu modul 1.1, 1.2, dan 1.3 sehingga dapat mulai menyusun Langkah dan strategi yang lebih efektif, konkret, dan realistis untuk mewujudkan budaya positif di sekolah . Link tugas koneksi antar materi dibuat dalam artikel blok dengan link sebagai  berikut: 

https://nurkhotimah-smpn1babat.blogspot.com/2022/08/keterkaitan-antara-pemikiran-filosofi.html

https://nurkhotimahsmpn1babat.blogspot.com/2022/08/keterkaitan-antara-pemikiran-filosofi.html

7.     Aksi Nyata

CGP akan menyampaikan kepada para pemangku kepentingan di sekolahnya mengenai perubahan paradigma dan penerapan strategi disiplin positif di sekolah masing-masing agar dapat menciptakan budaya positif. Diharapkan kegiatan ini akan membantu murid belajar dengan aman dan nyaman sehingga dapat meraih keselamatan dan kebahagiaan, sebagaimana disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara mengenai tujuan utama Pendidikan. Link video aksi nyata sebagai berikut : https://youtu.be/Zq-GAaSvzcE

Jurnal refleksi modul 1.4 yang saya buat kali ini menggunakan model 4C  (Connection, Challenge, Concept, Change). Model ini dikembangkan oleh Ritchhart, Church dan Morrison (2011). Tahapannya dalam jurnal refleksi model 4C adalah:

1.     CONNECTION (KETERKAITAN)

Apa keterkaitan materi yang didapat dengan peran anda sebagai Calon Guru Penggerak?

Budaya positif dalam pembentukan keyakinan kelas berkaitan dengan filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu pembelajaran yang berpihak pada murid, karena murid dilibatkan dan diberi keleluasaan sesuai bakat minatnya dalam menentukan keyakinan kelas. Siswa belajar Membuat suatu prilaku yang menanamkan nilai kebajikan dengan mengungkapkan ide dan gagasan serta sesuai keinginan murid semuanya berkaitan dengan pemikiran KHD tentang merdeka belajar dan pembelajaran berpihak pada murid.

b. Budaya positif  dalam penerapan segitiga restitusi sangat berjkaitan dengan nilai dan peran guru penggerak, dimana  untuk mewujudkan Merdeka Belajar sesuai pemikiran Ki Hadjar Dewantara, guru penggerak memiliki nilai-nilai yang dipercaya, yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut diyakini dapat menggerakkan Guru Pengerak dalam menjalankan perannya, yaitu Menjadi Pemimpin Pembelajaran, Menggerakkan Komunitas Praktisi, Menjadi Coach Bagi Guru Lain, Mendorong Kolaborasi Antar Guru, dan Mewujudkan Kepemimpinan Murid. Melalui Nilai dan Peran Guru Penggerak, Merdeka Belajar dapat diwujudkan di kelas dan sekolah.

c. Visi sekolah adalah harapan dan impian suatu sekolah yang ingin dicapai agar terwujud tujuan dan harapan yang diinginkan . Dalam mewujudkan visi diperlukan prakarsa perubahan dimana Guru Penggerak merupakan penggagas perubahan di kelas dan sekolahnya. Untuk melakukan perubahan, Guru Penggerak harus mengetahui aset-aset yang dapat mendukung perubahan sekaligus kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh aset, yang dirumuskan dalam visi guru penggerak. Prakarsa perubaha oleh Guru Penggerak dilaksanakan dengan pendekatan berbasis kekuatan yang disebut Inkuiri Apresiatif IA. IA menggunakan prinsip psikologi positif dan pendidikan positif. IA beranjak dari pertanyaan utama yang ditentukan secara kolaboratif dan dijalankan bersama dalam suasana positif dan apresiatif. Ada lima tahapan IA yang dalam bahasa Indonesia dibuat menjadi akronim BAGJA, yaitu Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, dan Atur Eksekusi. 

2.     CHALLENGE 

Pertanyaan kritis : Tindakan dan kegiatan apa saja yang dilakukan guru dalam  mewujudkan budaya positif di sekolah?

Dalam menerapkan budaya positif di kelas/sekolah tidak semudah membalikkan telapak tangan, semuanya membutuhkan kolaborasi dan Kerjasama dari semua pihak baik guru, siswa, tenaga kependidikan, orangtua, komite dan juga masyarakat sangat dibutuhkan partisipasi dan dukungannya. Pada awalnya dalam menerapkan budaya positif merasa sangat berat, ragu dan kurang percaya diri karena merubah suatu kebiasaan yang kurang baik menjadi kebiasaan yang sesui nilai-nilai kebajikan. Tetapi dengan komitmen yang tinggi serta niat yang kuat dan motivasi intrinsic dari diri sendiri melalui kebiasaan yang terus menerus kita lakukan maka akan menjadi sebuah gaya hidup dan berujung menjadi budaya yang kita jalani dengan ikhlas dan menjadi pribadi yang kuat tidak mudah terpengaruh hal yang negative. Setelah memahami teori tentang budaya positif perasaan menjadi terbuka, termotivasi dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh secara kontekstual dalam menangani kasus siswa dan dalam menumbuhkan karakter positif menjadi sebuah budaya yang melekat pada diri siswa dan semua warga sekolah.

Penerapan dalam menumbuhkan budaya positif di kelas/sekolah adalah:

- Melakukan pembiasaan di kelas sebelum dan sesudah pembelajaran dengan berdoa  menumbuhkan karakter religius

- Melakukan murojaah membaca surat pendek

-  Melaksanaan pembiasaan sholat dhuha dan dhuhur berjamaah

-       Menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum mulai pembelajaran (menumbuhkan karakter nasionalis dan kebhinekaan)

- Melaksanakan upacara bendera setiap hari senin(karakter disiplin dan mandiri)

-  Melakukan kegiatan 5S (senyum, salam, sapa, santun,senyum) menumbuhkan   karakter hormat dan saling menghargai 

- Melaksanakan piket kelas (menumbuhkan karakter gotong royong dan kolaborasi)

- Membuat keyakinankelas yang dibuat oleh siswa dan guru serta disepakati Bersama

-   Menerapkan segitiga restitusi dalam menangani kasus siswa

   Hambatan dan tantanga apa yang           dihadapi dalam mencipkan budaya       positif di  sekolah?

       Dalam penerapannya, budaya positif bisa menghadapi berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal. Tantangan internal adalah mengubah paradigma pribadi tentang siswa, dan mengubah kebiasaan yang telah lama dilakukan. Kurangnya motivasi siswa dan pengawasan guru dalam melakukan disiplin positif sehingga membutuhkan kerja keras, kesabaran dan ketelatenan dalam mengubah kebiasaan siswa menjadi lebih baik. Tantangan eksternal adalah rekan guru yang belum memahami budaya positif sehingga dapat menghambat penerapan budaya positif di kelas dan penanganan siswa bermasalah tanpa melibatkan siswa. Pemahaman yang kurang dari orangtua tentang budaya positif sehingga tidak ada kolaborasi dan dukungan sehingga menghambat proses pembentukan didiplin positif.

Untuk menghadapi tantangan yang terjadi, bisa dimulai dari perubahan diri sendiri dalam menerapkan budaya positif mulai dari kelas yang diampu. Dengan perubahan positif yang terjadi, pasti akan membuat rekan guru lain tergerak untuk mulai berubah. Selain itu, diperlukan kolaborasi dengan guru lain dalam menangani masalah siswa, yaitu guru BK, Wali Kelas, dan Guru Mata Pelajaran. Menumbuhkan motivasi intrinsic siswa dengan mengajak berdialog tentang masalah yang dihadapi sehingga siswa merasa diperhatikan sehingga tumbuh motivasi dalam diri sendiri. Menanamkan keimanan dan ketakwaan untuk mengurangi pelanggaran disiplin positif.

Siapa sajakah yang mendukung dalam mewujudkan budaya positif di sekolah?

Dalam mewujudkan disiplin positif yang ada di sekolah diperlukan dukungan dari semua warga sekolah, mulai dari siswa, guru, tenaga Pendidikan, orangtua wali murid, komite dan Kepala Sekolah. Dukungan dari masyarakat juga sangat diperlukan karena siswa dan guru adalah bagian dari masyarakat. Tanpa dukungan dari semua pihak maka dalam mewujudkan budaya positif di sekolah akan sulit diwujudkan. Contohnya dalam menangani kasus dan pelanggaran siswa, selain guru yang tidak kalah penting adalah peran orangtu di rumah, karena keluargaklah yang mempunyai andil terbesar dalam pembentukan karakter siswa. Seorang guru hanya berperan menebalkan garis positif dan menyamarkan garis negative.

 

3.     CONCEPT

Pemikiran reflektif terkait budaya positif di sekolah:

A.      Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan mulia, sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai agar tercapai tujuan mulia yang diinginkan. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal (Diane Gossen, modul budaya positif Kemendikbud Ristek,14)

      Disiplin Positif berkaitan dengan kontrol guru dalam menghadapi murid, seperti Ilusi Guru mengontrol murid (memaksa peserta didik melakukan sesuatu yang diingin guru sekalipun itu merupakan hal baik), ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat, maksudnya memberikan kalimat-kalimat pujian pada anak agar anak mau melakukan apa yang dinginkan guru, namun hal ini hanya bersifat sementara, Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter (Guru menyampaikan kalimat-kalimat negatif dengan suara halus untuk membuat murid merasa bersalah dengan perbuatannya).

      Disiplin menurut Ki Hadjar Dewantara adalah Disiplin Diri, yang memiliki motivasi internal dimana seseorang mampu menggali potensi yang ada dalam dirinya menuju pada sebuah tujuan sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan kata lain seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal. Sebagai pendidik tujuan kita adalah tujuan menciptakan peserta didik yang memiliki disiplin diri.

B.      Teori motivasi membagi 3 motivasi perilaku manusia yaitu :

a.   Untuk menghindari ketidaknyaman dan hukuman

b. mendapat imbalan atau     penghargaan dari orang lain

c. Untuk menjadi orang yang menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang telah dipercaya

C.       Keyakinan kelas adalah langkah awal dalam pembentuk budaya positif siswa karena dari keyakinan kelas siswa akan selalu teringat dan termotivasi untuk melakukan perilaku dan perbuatan positif yang telah disepakati Bersama. Dalam menjalankan peraturan ataupun keyakinan kelas/sekolah apabila terjadi pelanggaran pada umumnya berbentuk hukuman atau konsekuensi. Tetapi dalam melakukan Tindakan terhadap pelanggaran siswa lebih diutamakan restitusi dimana proses menciptakan kondisi murid untuk memperbaiki kesalahan dan Kembali ke kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat dan lebih baik.

D.      Posisi Kontrol Guru, merupakan bagian dari disiplin yang berpihak pada murid. Posisi kontrol yang sering dilakukan guru adalah Penghukum, Pembuat orang merasa bersalah, teman, Monitor (pemantau) dan Manager. Posisi kontrol Guru sebagai Penghukum bisa menggunakan hukuman fisik dan verbal dan selalu menggunakan sistem untuk menekan peserta didik.  Posisi Kontrol Guru sebagai Pembuat Orang Merasa Bersalah, posisi ini biasanya guru akan bersuara lembut dan akan membuat peserta didik merasa buruk tentang diri mereka, tidak berharga dan telah mengecewakan orang-orang yang disayanginya. Posisi Kontrol Guru Sebagai Teman, pada posisi ini guru tidak anak menyakiti murid, namun tetap berupaya tetap mengontrol peserta didik melalui persuasi. Posisi Kontrol Guru sebagai Monitor (Pemantau), maksudnya guru mengawasi dan bertanggung jawab atas perilaku peserta didik yang diawasi. . Posisi Kontrol sebagai Manajer, Guru berbuat sesuatu bersama dengan murid dan mempersilahkan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi  atas permasalahannya sendiri. Tujuan Akhir dari 5 posisi kontrol guru adalah Posisi Manajer, dimana posisi inilah peserta didik dapat menjadi pribadi yang mandiri, merdeka dan bertanggung jawab atas segala perilaku dan sikapnya, yang pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan positif, aman dan nyaman.

E.       Kebutuhan Dasar Manusia terbagi atas 5 yaitu; Kebutuhan bertahan hidup (Survival), Cinta dan kasih sayang (Love and belonging), Kebebasan (freedom), kesenangan (fun) dan kekuasaan (power). 

F.       Restitusi merupakan proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka sehingga mereka bisa kembalipada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat. Dalam segitiga restitusi ada 3 tahapan yaitu  menstabilkan identitas, validasi Tindakan yang salah, menanyakan keyakinan. Melalui restitusi ketika murid berbuat salah, guru akan menanggapi dengan cara yang akan memungkinkan murid untuk membuat evaluasi internal tentang apa  dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mendapat kembali harga dirinya.


4.   CHANGE

Apa perubahan dalam diri anda yang ingin anda lakukan setelah mendapatkan materi pada hari ini? Setelah mempelajari modul 1.4 saya menjadi paham tentang budaya positif dan pentingnya menciptakan budaya positif di sekolah. Setelah memahaminya saya ingin menerapkan ilmu yang saya dapat dari modul ini dalam kegiatan sehari-hari saya sebagai guru di sekolah. Hal-hal yang ingin saya lakukan antara lain:

a.   Terciptanya budaya religi, sopan, santun, hormat, mandiri, gotong royong, bernalar kritis, kreatif, berbhineka , berprestasi dan berwawasan global, cinta lingkungan.

b. Terciptanya lingkungan sekolah yang aman, nyaman, asri, bebas sampah, ketertiban meningkat

c.  Mewujudkan budaya positif di sekolah, diawali dengan menciptakan lingkungan positif.

d. Menanamkan disiplin positif agar tumbuh motivasi murid untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang dipercaya.

e. Menerapkan proses pembentukan keyakinan kelas/ sekolah.

f. Menerapkan disiplin restitusi dengan posisi kontrol sebagai manajer.

g. Menerapakan restitusi dengan segitiga restitusi dalam membimbing murid berdisiplin positif agar mejadi murid yang merdeka.

h. Mengajak guru lain (teman sejawat) belajar bersama dan menerapkan budaya positif di sekolah.

Dengan menciptakan dan menerapkan budaya positif di sekolah saya berharap  filosofi Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, bahwa Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat dapat terwujud. Aamiin...

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL REFLEKSI MODUL 2.3 TENTANG COACHING

JURNAL REFLEKSI MODUL 1.1 FILOSOFI KHD