JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 3.1 PENGAMPILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 3.1
PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
Alkhamdulillah
modul 3.1 tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran telah diselesaikan dengan
lancar dalam melaksanakan pembelajaran
pada modul ini banyak cerita yang menarik dan menyenangkan yang akan dituangkan
dalam jurnal refleksi yang akan saya tulis dalam sebuah artikel dan menyajikan
semua aktivitas yang saya lakukan mulai dari menyelesaikan tugas,
berkolaborasi dengan rekan sejawat, pengajar praktik dan fasilitator.
Pembaca
yang budiman, menuliskan jurnal refleksi dwi mingguan merupakan salah satu
kewajiban rutin yang harus dilaksanakan oleh seorang calon guru
penggerak. Dengan melakukan refleksi ini diharapkan seorang calon guru
penggerak senantiasa belajar serta belajar menilai diri agar dapat meningkatkan
kemampuan dirinya di masa depan. Jurnal refleksi dipandang sebagai salah satu
elemen kunci dalam pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk
mengaitkan teori dan praktik serta menumbuhkan ketrampilan dalam mengevaluasi
sebuah topik secara kritis.
Dalam
menyajikan jurnal refleksi alur belajar yang dijalani sama dengan pada modul
sebelumnya, terdiri dari:
1. Pre
test paket modul 3 dilaksanakan tanggal 13 Oktober 2022 dengan mengerjakan soal
sebanyak 30. Pada pre tes ini mengukur pemahaman awal dari CGP tentang materi
yang akan dipelajari pada paket modul 3.
2. Mulai
dari diri
Pada
awal pembelajaran daring yang dilakukan adalah eksplorasi konsep mulai dari
diri pada tanggal 13 Oktober 2022. Pada tahap ini mengaktifkan pengetahuan awal (prior
knowledge) tentang proses pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan
yang berada di antara berbagai pemangku kepentingan. Memberi tanggapan atau
membagi pengalaman pengambilan keputusan di sekolah asal, mengamati proses
seorang pemimpin dalam mengambil keputusan, bagaimana proses dan hasilnya.
3. Eksplorasi
konsep
Pada
tahap ini kegiatan dilakukan tanggal 14 Oktober 2022 dengan menjawab pertanyaan
yang ada di LMS serta saling menanggapi pendapat rekan CGP yang lain. Topik
yang disajikan pada tahap ini adalah Sekolah merupakan ‘institusi moral’ yang dirancang untuk
membentuk karakter para warganya. Seorang pemimpin di sebuah institusi atau sekolah
akan menghadapi situasi di mana pemimpin tersebut perlu mengambil suatu
keputusan yang mengandung dilema secara etika, dan berkonflik di antara
nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar. Kegiatan ini diharapkan
dapat mengidentifikasi dan memahami prinsip-prinsip etika yang berdasarkan pada
nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dalam lingkungan pribadi maupun
lingkungan profesi, serta mengaitkannya dengan nilai-nilai yang disepakati dan
diyakini dalam proses pengambilan keputusan dilema etika. Selain itu modul ini
juga berisi tentang membedakan dilema etika (ethical dilemma) dengan bujukan
moral (moral temptation) serta mengidentifikasi dan memahami 4 paradigma dilema
etika, membuat inferensi/kesimpulan, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan. Modul ini juga mempelajari Prinsip Pengambilan
Keputusan yaitu memahami bahwa pada
setiap orang tertanam prinsip-prinsip atau nilai-nilai, tanpa disadari, yang
akhirnya menentukan kecenderungan seseorang dalam mengambil keputusan. Mempertanyakan
pemahamannya tentang ketiga prinsip pengambilan keputusan. Forum Diskusi
Tertulis Menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dalam kasus
dilema etika yang telah disiapkan di LMS. Setiap CGP akan mendapatkan 1 kasus
untuk dianalisis, dan CGP lain menanggapinya melalui diskusi tertulis di LMS.
4. Ruang
kolaborasi
Kegiatan
ini dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2022 dimana masing-masing CGP bersama
pengajar praktik Ibu Nailatul Mufidah dan Ibu Puji Rahayu dan fasilitator Bpk Parjiyo melakukan refleksi tentang
pemahaman modul 3.1. Kemudian membentuk kelompok yang terdiri dari 3 kelompok menganalisis
kasus menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dalam suatu
kasus dilema etika yang nyata. Kasus dapat berasal dari pengalaman pribadi atau
kasus yang terjadi di masyarakat berdiskusi tentang kasus yang terdapat dalam
LMS dengan berdiskusi masing-masing kelompok, dimana terdiri dari 3 kelompok
menganalisis tentang kasus yang diberikan pada LMS dan pada tanggal 18 Oktober 2022 masing-masing kelompok menyajikan hasil
diskusi dengan presentasi.
Dokumentasi VICON
ruang kolaborasi :
5. Demonstrasi kontekstual
Pada tahap ini dilakukan tanggal 19 Oktober 2022 dimana saya dapat melakukan suatu analisis atas penerapan proses pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajarinya tentang berbagai paradigma, prinsip, pengambilan dan pengujian keputusan di sekolah asal masing-masing dan membandingkan dengan pimpinan di sekolah/lingkungan lain. Kemudian hasil praktik wawancara dengan Kepala sekolah diunggah di LMS berupa video yang diupload di Youtube. Adapun link videonya : https://youtu.be/FH61Ibk2d0E
6. Elaborasi
pemahaman
Tahap ini dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2022 berdiskusi dengan instruktur Bapak Surya Herdiansyah dimana CGP mendemontrasikan pemahamannya secara lebih mendalam mengenai konsep-konsep inti dalam modul pengambilan keputusan . Menuliskan pertanyaan-pertanyaan untuk mengelaborasi pemahaman CGP tentang konsep yang belum dipahami, hal-hal yang menarik atau tak terduga, dan pertanyaan-pertanyaan lanjutan melalui tautan di LMS
7. Koneksi
antar materi
Pada
tahap ini dilakukan tanggal 24 Oktober 2022 dimana CGP Membuat kesimpulan
(sintesis) dari pengetahuan modul-modul sebelumnya dan keterkaitan dengan modul
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran . Link tugas koneksi antar
materi dibuat dalam artikel blok dengan link sebagai berikut:
https://nurkhotimah-smpn1babat.blogspot.com/2022/10/koneksi-antar-materi-modul-31.html
8. Aksi
Nyata
Pada
tahap ini CGP menyampaikan dan membagikan pengetahuan dan praktik proses pengambilan
keputusan dilema etika, di media sosial, seperti youtube, atau dengan
pihak-pihak eksternal lain di lingkungannya. Aksi nyata yang saya lakukan
dengan menerapkan paradigma, prinsip dan pengujian keputusan pada lingkungan
sekolah yaitu murid, rekan sejawat dan komunitas praktisi. Link video aksi nyata sebagai berikut : https://youtu.be/eLFrIZq_dD8
Penulis akan menyusun jurnal dengan menggunakan model Driscoll. Model yang diadaptasi dari refleksi yang digunakan pada praktik klinis (Driscoll & Teh, 2001). Berikut Deskripsi jurnal refleksi modul 3.1
1.
WHAT? (Deskripsi dari peristiwa yang terjadi)
Eksplorasi
konsep mandiri
CGP
membedakan dilema etika/ethical dilemma dengan bujukan moral/moral temptation
dan mengidentifikasi jenis dilema berdasarkan 4 paradigma, baik dilema yang
dihadapi orang lain maupun diri sendiri. Dalam Pembelajaran Eksplorasi konsep,
CGP mengingat kembali peristiwa di mana CGP mengambil sebuah keputusan sulit.
Keputusan sulit yang bisa termasuk keputusan dilema etika atau bujukan moral.
Untuk mendalami lebih lanjut apa perbedaan keduanya, CGP mempelajari
jenis-jenis dilema dan paradigma dalam pengambilan keputusan dengan terlebih
dahulu menyimak pertanyaan pemantik dan menentukan nilai yang merupakan dilema
etika dan bujukan moral. Pada tahap ini saya menganalisis kasus pada LMS yaitu kasus 1 tentang Bu Dini, kasus 2 P Pandu, kasus 3 PakDody , kasus 4 Pak
Zulkarnaen dan berdiskusi dengan rekan sejawat.
Selain
itu menganalisis kasus P Seto sebagai
berikut : 1.Bila saya sebagai Pak Seto akan memberi pengertian kepada Bu tati
dalam mengajar harus berpihak pada murid dan memperhatikan kebutuhan muridnya,
Siswa yang tidak mengerjakan PR harus dilakukan restitusi ditanya penyebabnya,
memvalidasi kenapa tidak mengerjakan PR serta menanyakan keyakinan kelasnya, Bu
Tati seharusnya menjadi seorang guru dengan posisi sebagai teman bagi muridnya
agar murid menjadi nyaman dalam belajar. 2. Pendekatan yang saya ambil yaitu BERPIKIR
BERBASIS HASIL AKHIR (Rule-Based Thinkhing) dimana dalam pembelajaran pada
intinya mencapai pemahaman anak yang baik ditunjukkan dengan nilai yang baik
pula,pada kasus Bu Tati dengan mendidik disiplin murid mencapai nilai rata-rata
baik, tetapi harus tetap menjunjung tinggi nilai kebajikan kenyamanan anak dan
menghindari menghukum. 3. Dasar pemikiran dalam mengambil
2. SO WHAT? (Analisis
dari peristiwa yang terjadi)
Setelah menyelesaikan
seluruh ketiga aktivitas di atas ada banyak pencerahan yang didapat oleh saya.
Bahwa dalam pengambilan keputusan haruslah benar-benar teliti, cermat dan
hati-hati. Pikiran focus tidak mengambil keputusan secara terburu-buru bahkan
sudah dibuat keputusan pun harus tetap merefleksi kembali apakah keputusan yang
kita ambil sudah benar-benar mewakili aspirasi seluruh pihak yang terlibat atau
tidak. Cara yang kita ambil dalam mengambil keputusan adalah dengan 9 langkah
pengujian. KASUS 1 Pak Frans SMP Karunia:
1.
a. paradigma dilema etika adalah: KEADILAN lawan KASIHAN.
b. nilai yang bertentangan RASA HORMAT
terhadap ayah Frans untuk meminta
anaknya pulang, KASIHAN terhadap
Andreas karena takut dimarahi ayahnya.
2. Uji legal (Ayah
Andreas pelanggaran etika karena marah-marah dan mengacungkan parang)
3. Uji regulasi (tidak
ada)
4. Uji Intuisi(Ayah
andreas bersikap tidak sopan ke sekolah sambal marah-marah dan
mengacungkan parang)
5. Yang saya rasakan bila dipublikasikan ke media adalah tidak nyaman.
6. Keputusan yang diambil idola yaitu Kepala Sekolah, tidak mengijinkan andreas
pulang karena masih jam sekolah.
7.
Penyelesaian yang kreatif (wali kelas dan guru BK menenangkan Andreas)
8.
Keputusan yang diambil (komunikasi dengan Kepala Sekolah, tidak mengijinkan
Andreas pulang karena masih jam pelajaran)
9.
Berpikir berbasis peraturan, karena mengikuti prinsip/aturan yang ada di
sekolah tidak
mengijinkan pulang siswa pada jam pelajaran
kecuali dengan alasan penting.
3. NOW WHAT? (Tindak lanjut dari peristiwa
yang terjadi)
Setelah
melakukan aktivitas pembelajaran modul 3.1 ini saya akan coba mengaplikasikan 9
langkah pengambilan dan pengujian keputusan terhadap setiap kasus yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari khususnya di sekolah. langkah-langkah ini merupakan
salah satu upaya yang diambil untuk menciptakan kondisi yang lebih kondusif dan
ideal sebagai imbas dari pengambilan keputusan yang tepat. Bahkan
kemungkinan/resiko yang muncul akibat dari ketidaktepatan keputusan pun dapat
diminimalisir. Dalam pengambilan keputusan yang benar-benar tepat dapat
diperoleh dari melibat-aktifkan seluruh warga sekolah khusus komunitas
praktisi. Keputusan yang diambil dari melibatkan seluruh elemen di sekolah akan
mampu mengakomodir seluruh kepentingan, harapan dan keinginan semua pihak. Selanjutnya
saya akan coba mensosialisasikan pengetahuan dan pengalaman saya terkait materi
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran di instansi tempat saya
bekerja sehingga semua pihak terlibat dapat bergerak bersinergis mengambil
keputusan yang tepat yang memberikan kemanfaatan bagi semua pihak.
Alhamdulillah
wasyukurillah, semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar