KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM BERDAMPAK POSITIF PADA MURID


KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM BERDAMPAK POSITIF PADA MURID



 

PENULIS :NUR KHOTIMAH

CGP ANGKATAN 5

KABUPATEN LAMONGAN

FASILITATOR :PARJIYO,SPD,MPD

PENGAJAR PRAKTIK: NAILATUL MUFIDAH,SPD

 

A. Perasaan Setelah Mempelajari Modul 3.3

Setelah mempelajari modul 3.3 saya mengetahui strategi dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid perasaan lebih memahami dan Bahagia dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi program dengan mengedepankan kepentingan murid dan prioritas terhadap kebutuhan murid, suara, pilihan dan kepemilikan murid serta melibat semua komunitas sekolah dan komunitas luar sekolah. 

B. Intisari Modul 3.3

1. Student agency (kepemimpinan murid)

 

Jika kita mengacu pada OECD (2019:5), ‘kepemimpinan murid’ berkaitan dengan pengembangan identitas dan rasa memiliki. Ketika murid mengembangkan agency, mereka mengandalkan motivasi, harapan, efikasi diri, dan growth mindset (pemahaman bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat dikembangkan) untuk menavigasi diri mereka menuju kesejahteraan lahir batin (wellbeing). Hal inilah yang kemudian memungkinkan mereka untuk bertindak dengan memiliki tujuan, yang membimbing mereka untuk berkembang di masyarakat.

Di dalam modul ini, mengeksplorasi bagaimana sesungguhnya kita dapat mendorong student agency (kepemimpinan murid) dalam pengelolaan program-program di sekolah. Mendorong kepemimpinan murid dalam program sekolah bukan hanya memungkinkan murid untuk belajar menjadi individu yang lebih bertanggung jawab, berdaya, dan kontributif, namun, pengalaman dan kebermaknaan yang mereka dapatkan dari proses belajar mereka dalam program-program sekolah tersebut sesungguhnya akan memberikan bekal untuk mereka menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat, sehingga, ketika kita berbicara tentang dampak, maka dampak positif dari proses belajar yang dilalui oleh murid-murid kita saat ini tentunya akan dapat terus dirasakan oleh mereka di sepanjang hidupnya.

Dalam modul 3.3 menunjukkan pemahaman tentang konsep kepemimpinan murid dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila. Menunjukkan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan suara, pilihan, dan kepemilikan murid. Menganalisis sejauh mana suara, pilihan dan kepemilikan murid dipertimbangkan dalam program intrakurikuler/kokurikuler/ekstrakurikuler sekolah untuk mewujudkan lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Mengidentifikasi strategi pelibatan komunitas dalam program sekolah untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid. Merancang sebuah prakarsa perubahan di sekolah dalam bentuk sebuah program/kegiatan sekolah yang mendorong kepemimpinan murid dengan menggunakan model prakarsa perubahan yang di sebut dengan BAGJA.

2.     Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid

1)    SUARA MURID(VOICE)

Mempertimbangkan suara murid adalah tentang bagaimana kita memberdayakan murid kita agar memiliki kekuatan untuk mempengaruhi perubahan. Suara murid yang otentik memberikan kesempatan bagi murid untuk berkolaborasi dan membuat keputusan dengan orang dewasa seputar apa dan bagaimana mereka belajar dan bagaimana pembelajaran mereka dinilai. Mempromosikan suara murid dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dalam banyak cara. Suara murid dapat ditumbuhkan melalui diskusi, membuka ruang ekspresi kreatif, memberi pendapat, merelevansikan pembelajaran secara pribadi, dan sebagainya.

2)  PILIHAN(CHOICE)

Pilihan (choice) adalah peluang yang diberikan kepada murid untuk memilih kesempatan-kesempatan dalam ranah sosial, lingkungan, dan pembelajaran. (marzanoacademies.org). Dalam ranah sosial, murid dapat diberikan kesempatan untuk berada dalam kelompok yang sesuai dengan tujuan atau minatnya; dalam ranah lingkungan, murid dapat diberikan kesempatan untuk memilih atau mengatur tempat belajar yang sesuai untuk mereka. Dalam ranah lingkungan, murid diberikan kesempatan untuk memilih lingkungan belajar yang paling mendukung untuk mereka belajar secara maksimal. Sementara dalam ranah pembelajaran, murid diberikan pilihan-pilihan untuk mengakses, berlatih, atau membuktikan penguasaan pengetahuan atau keterampilan dalam kurikulum

3)  KEPEMILIKAN MURID(OWNERSHIP)

Menurut Duddley-Marling dan Searle yang dikutip oleh Rainer dan Mona dalam artikel yang berjudul Ownership of Learning in Teacher Education (2002:27) bahwa kepemilikan bukanlah sesuatu yang bisa diberikan, melainkan sesuatu yang berkembang dalam struktur dan proses yang menyiratkan rasa hormat terhadap otonomi, kekuasaan, suara, dan tanggung jawab kepada orang lain. Dengan demikian kondisi-kondisi, struktur, dan proses perlu dikembangkan agar guru mampu menciptakan proses pembelajaran yang mendorong murid memiliki rasa kepemilikan

3.     Kepemimpinan Murid dan Profil Pelajar Pancasila

a.       beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia.

Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan mendorong murid untuk mengamalkan nilai-nilai agama dan kepercayaannya dalam bentuk sikap-sikap  Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid tindakan atau perilaku positif. Murid-murid yang memiliki kepemimpinan yang kuat, akan menunjukkan akhlak yang baik terhadap dirinya pribadi, terhadap sesama, negara dan alam ciptaanNya.

b.       Berkebinekaan global.

Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan melatih murid-murid kita untuk memiliki pemikiran dan wawasan yang luas dan terbuka. Mereka akan terbiasa untuk melihat perbedaan, menghargai beragam perspektif sehingga diharapkan dapat hidup ditengah-tengah masyarakat yang majemuk. Mereka akan mampu beradaptasi dengan situasi dan perubahan yang dihadapinya, dan mampu menjadi pemecah masalah yang percaya diri dimanapun ia berada.

c.       Bergotong royong.

Mendorong kepemimpinan murid akan melatih murid untuk terlibat dan berinteraksi dengan orang lain, bekerjasama dan berkontribusi dalam masyarakat yang lebih luas. Lewat interaksi ini, mereka akan memiliki keinginan untuk membantu orang lain yang membutuhkan, dan mampu berkolaborasi untuk melakukan tindakan demi kebermanfaatan dan kebahagiaan Bersama

d.       Mandiri.

Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid mendorong murid untuk mengambil kontrol dan bertanggung jawab pada proses pembelajarannya sendiri. Saat kita mendorong kepemimpinan murid, maka kita juga melatih kemampuan mereka untuk meregulasi diri sendiri. Mereka akan dapat menetapkan tujuan dan rencana strategis bagi pengembangan dirinya sendiri sekaligus mampu menunjukkan resiliensi dan kemampuan beradaptasi yang baik dalam berbagai situasi, serta percaya diri bahwa ia mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.

e.       Bernalar kritis.

Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan mendorong murid untuk memiliki kemampuan bernalar kritis karena mereka akan belajar untuk membuat pilihan-pilihan dan membuat keputusan-keputusan yang bertanggung jawab. Mereka juga akan berlatih untuk mengembangkan keterampilan refleksi terhadap proses pembelajaran dan belajar dari berbagai situasi yang terjadi lewat interaksi mereka dengan komunitas yang lebih luas.

f.        Kreatif.

Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid memungkinkan murid untuk terekspos pada pengalaman belajar otentik yang menuntut mereka untuk mampu melihat permasalahan dan secara kreatif berusaha mencari solusi atas permasalahan tersebut. Mendorong murid untuk bersuara berarti juga membuka ruang bagi sikap berani mengambil risiko, sehingga murid tidak takut untuk mengungkapkan ide-ide dan pemikiran-pemikiran kreatif mereka.

4.     Lingkungan yang Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid

1)    Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif.

2)  Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana, di mana murid akan menjunjung tinggi nilai-nilai sosial positif yang berbasis pada nilai-nilai kebajikan yang dibangun oleh sekolah.

 3).  Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses  

       pencapaian tujuan akademik maupun non-akademiknya.

4). Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Lingkungan yang seperti ini akan membantu murid untuk dapat menerapkan dan mempergunakan apa yang menjadi kekuatan dirinya dan memanfaatkan serta menerapkannya dalam berbagai konteks yang berbeda-beda.

5). Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan

      menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan.

6). Lingkungan yang menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri. Lingkungan yang seperti ini akan menyediakan berbagai kegiatan belajar yang menarik, menantang, dan bermakna, di mana dalam prosesnya murid akan merasa senang hati dan menikmati setiap momen pembelajarannya.

 7). Lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan. Lingkungan ini akan membantu murid untuk berani menerima tantangan, berjiwa besar, dan selalu bangkit lagi dan berusaha mencari solusi bila menemui kegagalan.

 

5.     Peran Keterlibatan Komunitas dalam Menumbuhkembangkan Kepemimpinan  

Murid.  
Sebagai pusat dari proses pendidikan, murid ‘berada’ dalam lintas komunitas. Mereka dapat berada sekaligus pada:

a. komunitas keluarga (anggotanya dapat terdiri orang tua, kakak, adik, pengasuh, dsb)

b. komunitas kelas dan antar kelas (anggotanya dapat terdiri teman sesama murid, guru)

c. komunitas sekolah (anggotanya dapat terdiri dari kepala sekolah, pustakawan, penjaga

    sekolah, laboran, penjaga keamanan, tenaga kebersihan, petugas kantin, dsb)

d. komunitas sekitar sekolah (anggotanya dapat terdiri dari RT/RW, tokoh masyarakat

    setempat, puskesmas, tokoh agama setempat, dsb)

e. komunitas yang lebih luas. (anggotanya dapat terdiri dari organisasi masyarakat, dunia

    usaha, media, universitas, DPR, dsb)

 

C. Kaitan Antar Materi

MODUL 1.1, Proses menuntun yang dilakukan guru untuk memerdekakan belajar murid akan cepat terrealisasi dengan program-program sekolah yang berdampak pada murid. Program-program sekolah yang mengarahkan dan menuntun murid untuk bisa hidup sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. Segala potensi yang dimiliki murid akan berkembang secara maksimal dengan adanya program yang berdampak pada murid.

Sesuai filosfi Ki Hadjar Dewantara, dimana peran guru adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak sehingga mereka bisa selamat dan bahagia sebagai individu masyarakat. Sehingga dalam mengelola program yang berdampak pada murid haruslah menitikberatkan pada keterlibatan murid dan berorientasi pengembangan potensi atau kodrat anak mengembangkan ketrampilan-ketrampilan atau kepemimpinan dalam diri mereka sehingga bisa selamat dan bahagia dan bisa bermanfaat untuk mereka baik sebagai individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam modul ini juga penghambaan pada murid lebih ditekankan pada bagaimana melihat murid sebagai pribadi yang utuh,dan menuntun anak didik sesuai kodratnya dengan mengelola program- program yang berdampak pada murid.

MODUL 1.2, Mengenai nilai dan peran guru penggerak, menitikberatkan pada dasar nilai atau pedoman seorang guru dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid. Nilai- nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid merupakan nilai nilai yang harus di pedomani dalam menyusun program yang berdampak pada murid. Selain itu guru penggerak tidak hanya berkutat atau berperan sebagai pemimpin dalam pembelajaran di kelas, namun memiliki tanggungjawab sebagai pemimpin dalam hal pengelolaan program yang berdampak pada murid di sekolah.

MODUL 1.3, Dalam merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid dilakukan dengan menggunakan pendekatan inkuiri Apresiatif model BAGJA, dengan terlebih dahulu memetakan aset atau sumber daya sekolah, dan mengembangkan aset atau potensi yang bisa dikembangkan untuk merencanakan program yang berdampak pada murid. Dalam menyusun program, sekolah akan merancang sebuah program yang dapat dirasakan dan berdampak pada pengembangan murid dan sekolah itu sendiri. Program yang berdampak murid akan didapatkan dengan menyusun program tersebut secara kolaboratif dan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki. Kekuatan yang dikembangkan agar memiliki kekhasan sendiri yang membedakan dengan sekolah lainnya. Proses penyusunan program tersebut mengimplementasikan tahapan BAGJA dengan menerapkan pendekatan inkuiri apresiatif.

MODUL 1.4 Dalam menciptakan budaya positif di sekolah sangat diperlukan murid yang mampu membangun kesadarin diri tentang budaya positif, berupa lingkungan yang mendukung perkembangan siswa terutama kekuatan kodrat pada anak-anak. Sebagai petani, maka guru berperan memaksimalkan sumber daya lingkungan yang positif, mengembangkan budaya positif agar anak anak bertumbuh sesuai kodratnya dan mendukung program yang berdampak pada murid. Selain itu keterlibatan semua komunitas sangat mendukung dalam membentuk karakter yang bertanggungjawab sebagai akar kepemimpinan murid.

Modul 2.1, Pada modul ini seorang guru penggerak dibekali dengan pembelajaran berdiferensiasi sebagai metode pembelajarn yang berpihak pada murid karena berdasar pada pemetaan kebutuhan belajar anak yang beragam. Pemetaan kebutuhan belajar anak menjadi dasar guru dalam mengelola program yang berdampak pada murid, karena kekutaan anak yang beragam menjadi aset atau modal melakukan diferensiasi program yang berdampak pada murid dan sesui dengan kebutuhan murid.

Modul 2.2, Pada modul 2.2 ini seorang guru dibekali pengetahuan bagaimana mencapai tujuan pendidikan, mengantarkan anak-anak mencapai kebahagiaan dan keselamatan dengan mengembangkan aspek sosial emosioanal pada diri anak. Tehnik mindfulness menjadi strategi pengembangan lima kompetensi sosial emosional yang didasarkan pada keberpihakan pada murid dan dilakukan untuk tujuan sebesar besarnya memiliki dampak pada anak-anak. Anak-anak yang memiliki kompetensi social emosional yang baik tentunya akan mampu mengelola emosinya dan mampu berinteraksi dengan orang lain mempunyai tanggungjawab sehingga bisa menjadi pemimpin bagi diri sendiri dan orang lain.

Modul 2.3. tentang coaching yang merupakan sebuah tehnik atau strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun anak, untuk menggali potensi anak dan memaksimalkannya. Coaching memberikan kesempatan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir pada diri. Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, maka coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya murid, mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak yang setinggi- tingginya.

MODUL 3.1, Seorang guru dibekali dengan pengetahuan bagaimana mengambil keputusan. Keputusan yang diambil harus dengan alasan keberpihakan pada murid. Dasar, prinsip, serta paradigma atau nilai dalam pengambilan keputusan hendaknya bisa mendukung dan tetap dipegang teguh dalam mengambil keputusan terutama yang berhubungan dengan dilema etika dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid.

Modul 3.2 Membahas tentang pengelolaan sumber daya, dimana seorang pemimpin harus mulai melakukan pemetaan aset- aset yang ada di sekolah, apa yang dimiliki untuk dimanfaatkan, sehingga paradigma berpikir haruslah melihat segala sesuatu dengan sisi yang positif atau berbasis aset. Dengan berpokus pada apa yang kita miliki, berpokus pada aset maka pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat terenacana dengan berjalan dengan baik.Kaitan antara pemetaan sumber daya dengan perencanaan program sekolah yang berdampak pada murid.

Pada modul 3.2 kita mengetahui ada 7 aset utama atau disebut sebagai modal utama, yaitu: Modal Manusia, Modal Sosial, Modal Fisik, Modal Lingkungan/alam, Modal Finansial, Modal Politik, Modal Agama dan budaya. Dengan mengetahui sumberdaya yang ada di sekolah, maka sebagai pemimpin, guru harus bisa memetakan 7 aset atau modal utama dalam sekolah tersebut, dan mengidentifikasi sumber daya yang potensial untuk dikembangkan menjadi sebuah program yang berdampak pada murid. Sehingga program bertumpu pada pemetaan dan pengelolaan ketujuh aset sekolah atau sumber daya tersebut untuk kepentingan  dan keberpihakan pada murid.

“Maka seorang pemimpin pembelajaran harus bisa mengelola asset yang ada dengan pendekatan positif agar bisa memanfaatkan asset yang ada untuk kepentingan pembelajaran yang berkualitas,dan mengelola program yang berdampak pada murid sehingga bisa mewujudkan siswa yang selamat dan bahagia”

D. Perspektif tentang pengelolaan program yang berdampak positif pada murid

Kaitan dengan peran saya sebagai guru penggerak adalah bahwa tugas saya adalah mewujudkan merdeka belajar pada siswa siswa saya di sekolah, sehingga dalam menjalankan peran tersebut, maka peran saya sebagai guru adalah menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak murid saya yaitu dengan mengembangkan potensi pada anak didik saya dengan mengembangkan program yang berdampak pada murid dengan terlebih dahulu memetakan aset atau sumber daya sekolah, dan mengelola sumber daya tersebut untuk merancang program yang berdampak pada murid menggunakan pendekatan inkuiri Apresiatif model BAGJA, dan mempertimbangkan suara,pilihan dan kepemilikan murid, membangun 7 karakteristik lingkungan yang kondusif , mengimplentasikan dimensi prosil pelajar Pancasila serta melibat semua komunitas  lingkungan murid berada agar murid berkembang sesuai kodratntnya dan mampu menjadi pemimpin di masa depan. Melaksanakan kegitan sesuai rancangan pendekatan BAGJA, mengevaluasi dengan melakukan refleksi dan umpan balik tentang apa yang kurang dan perlu diperbaiki dengan melakukan tindak lanjut untuk mencapai tujuan program yang diinginkan.

 

Daftar Pustaka

Bandura, A. (2006). Toward a Psychology of Human Agency. Perspectives on Psychological Science 1(2):164-180. doi 10.1111/j.1745-6916.2006.00011 Cooperrider. D, D. Whitney, & J. Stavros. (2008).

Appreciative Inquiry Handbook for Leaders of Change. Berrett-Koehler Publishers. Noble, T. & H. McGrath. (2016). The PROSPER school pathways for student wellbeing: Policy and practices.

SpringerBriefs in well-being and quality of life research. Springer, Australia. OECD (2019). The Future of Education and Skills. OECD Learning Compass 2030. A series of concept notes. Rainer, J. & M. Matthews. (2002).

Ownership of Learning in Teacher Education. Action in Teacher Education 24. doi: 10.1080/01626620.2002.10463264. Senge, P. M., Cambron-McCabe, N. H., Lucas, T., Smith, B., Dutton, J., & Kleiner, A. (2012).

Schools that learn: A fifth discipline fieldbook for educators, parents, and everyone who cares about education. New York: Crown Business. Thibodeaux, T., D. Harapnuik, and C. Cummings. (2019).

Student Perceptions of the Influence of Choice, Ownership, and Voice in Learning and the Learning Environment. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education 31(1), p. 50-62.http://www.isetl.org/ijtlhe/ Voltz, D. L., & Damiano-Lantz, M. (1993).

Developing Ownership in Learning. TEACHING Exceptional Children, 25(4), 18–22.https://doi.org/10.1177/004005999302500405

Sumber pustaka online https://www.education.vic.gov.au/school/teachers/teachingresources/discipline/hum anities/civics/Pages/studentvoice.aspx diunduh pada tanggal 24 Desember 2021

https://marzanoacademies.org/interventions-and-initiatives/student-agency/ diunduh pada tanggal 24 Desember 2021

https://blograhmawati.com/2021/10/15/koneksi-antar-materi-modul-3-3-pengelolaan-program-yang-berdampak-pada-murid/

https://www.kompasiana.com/nurakhlamifaozan0201/62a98546fdcdb460973542e3/modul-3-3-a-9-koneksi-antar-materi-pengelolaan-program-yang-berdampak-pada-muridKoneksi Antar Materi Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak Pada Murid

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL REFLEKSI MODUL 1.2 NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

JURNAL REFLEKSI MODUL 2.2 PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL